SEMINAR KURIKULUM MADRASAH DINIYAH DAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN Bersama Dr. H. Akhmad Muzakki, M. A. (Kepala Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

narasumber

Kamis, 7 Februari 2019, Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung mengakhiri libur semester gasal dengan mengadakan agenda perdananya di tahun 2019 yakni “Seminar Kurikulum Madrasah Diniyah dan Penyusunan Perangkat Pembelajaran”, agenda tersebut berlangsung di Aula Gedung Arief Mustaqiem Lt.6. Kegiatan ini dikhususkan bagi para asatidz/ah madin dan secara umum bagi asatidz/ah ma’had mukim. Dengan harapan, semoga sistem pembelajaran madin mampu tertata dengan lebih baik lagi. Hadir dalam kesempatan ini, Rektor IAIN Tulungagung, Dr. H. Maftukhin, M.Ag., Wakil Rektor III IAIN Tulungagung, Dr. H. Abad Badruzzaman, Lc., M.Ag., Mudir Ma’had al-Jami’ah Dr. K.H. Teguh, M.Ag., segenap Murobbi/ah Ma’had al-Jami’ah, serta para asatidz madin baik dari unsur HIMASAL (Himpunan Alumni Santri Lirboyo), LP. Ma’arif Tulungagung dan Jam’iyyatul Qurra’ wa al-Huffadz. Dan yang paling utama yakni narasumber kali ini beliau Dr. H. Akhmad Muzakki, M. A. yang merupakan Kepala Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 

Tepat pada pukul 09.30 WIB, acara Pembukaan “Seminar Kurikulum Madrasah Diniyah dan Penyusunan Perangkat Pembelajaran” dimulai. Yang dibawakan oleh Lailah Izzatul Maghfiroh, -Musyrifah Ma’had al-Jami’ah-, selaku MC acara. Susunan acara yang dibawakan olehnya dimulai dengan suratul fatihah, dilanjut dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an oleh Asma’ Barirotul Chotimah, -Musyrifah Ma’had al-Jami’ah-, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Subbanul Wathon dengan diiringi dirigen Erlinda Siska Indriani –Musyrifah Ma’had al-Jami’ah-, lalu sambutan dari Bapak Maftukhin selaku Rektor IAIN Tulungagung. Beliau menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara seminar secara resmi.

Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa “Selain “madin wajib” yang diikuti selama dua semester, mahasiswa dihimbau untuk mengikuti madin lanjutan. Yang bisa diikuti mulai semester III hingga lulus dari IAIN, karena belajar agama merupakan suatu keharusan.” Beliau menghendaki kepada para asatidz untuk mengarahkan mahasiswa supaya mengikuti madin lanjutan.

Di dalam pembelajaran madin, utamanya pada pengkajian kitab turotsy (kitab kuning) yang kecenderungan menggunakan pemaknaannya dengan bahasa Jawa (huruf pegon) akan melahirkan hal-hal yang lebih bermakna dibanding dengan bahasa Indonesia. Semisal dalam lafadz Bismillahirrohmanirrohim, yang dalam arti Indonesia yaitu “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang”. Nah, dari terjemahan tersebut apakah kita tahu perbedaan antara pengasih dan penyayang? Sekilas, nampak sama. Akan tetapi apabila diartikan dengan bahasa Jawa, akan menjadi “kelawan nyebut asmane Allah, ar-Rahman kang Moho welas asih ing ndalem ndunyo lan akherat, ar-Rahimi kang Moho welas asih ing ndalem akherot beloko”. (ulasan dari bapak Maftukhin mengenai lafadz basmalah) Terlihat jelas perbedaan maknanya antara ar-Rahman dan ar-Rahim.

Sebelum mengakhiri sambutannya, secara resmi beliau membuka “Seminar Kurikulum Madrasah Diniyah dan Penyusunan Perangkat Pembelajaran” dengan membaca surotul Fatihah. Beliau berharap semoga acara tersebut dapat berjalan lancar dan sukses. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin…

Sambutan kedua disampaikan oleh Ustadz Teguh selaku Mudir Ma’had al-Jami’ah, beliau menyampaikan bahwa apresiasi para petinggi IAIN Tulungagung begitu besar, dibuktikan dengan kehadiran bapak Rektor yang selalu hadir dalam acara kema’had-an. Selain itu, dalam persoalan anggaran kema’had-an, yang mulanya tidak lebih dari satu milyar, di tahun 2018 kini mengalami peningkatan menjadi 1, 26 milyar.

Beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan madin semester genap akan dimulai pada di hari Senin, 11 Februari 2019 bersamaan dengan jadwal akademik awal perkuliahan kampus IAIN Tulungagung. Di samping itu, beliau berharap semoga dalam seminar kali ini mampu memberikan gambaran kepada para asatidz dalam pembuatan RPP. Untuk mengetahui pemahaman dan penyerapan materi pada seminar kali ini, bapak mudir menghendaki pembuatan RPP bagi masing-masing asatidz/ah, baik asatidz/ah ma’had mukim maupun non mukim, di minggu pertama saat madin semester genap dimulai.

Seusai sambutan mudir ma’had, dilanjutkan dengan do’a yang dipimpin oleh Ustadz K.H. Bagus Ahmadi, M.Sy selaku asatidz madin. Dengan membaca do’a kafaratul majlis acara “pembukaan seminar” diakhiri.

Memasuki acara inti yakni “Seminar Kurikulum Madrasah Diniyah dan Penyusunan Perangkat Pembelajaran”, dipandu langsung oleh salah seorang murobbi Ma’had al-Jami’ah beliau Ustadz Muhamad Fatoni, M.Pd.I.. Sebelum pemateri menyampaikan pemaparan materi, terlebih dahulu moderator membacakan Curriculum Vitae Narasumber. Narasumber kali ini ialah Dr. H. Akhmad Muzakki, M. A. merupakan Kepala Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sekaligus Ketua Forum Mudir Ma’had PTKIN se-Indonesia.
Guna menyingkat waktu, moderator mempersilahkan narasumber untuk mengulas pembahasan materi mengenai “Kurikulum Madrasah Diniyah dan Penyusunan Perangkat Pembelajaran”.

Materi Pertama yakni terkait pengertian kurikulum secara umum, Menurut  UU. No. 20 Tahun 2003:  “Pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.” Begitulah konsep kurikulum menurut UU No. 20

“Yang terpenting adalah bagaimana nantinya tujuan nasional dapat tercapai sesuai dengan visi masing-masing dan Bagaimana nantinya kita susun kurikulum sebaik-baiknya sehingga visi misi bisa tercapai.” (Tegas narasumber)
“Tujuan pendidikan akan tercapai apabila ada kurikulum, kalau dalam pesantren dianalogikan sebagai Toriqoh (jalur yang pas dan benar sehingga tujuan bisa dicapai)”, ungkap Ustadz Muzakki.

Menurut beliau, apabila kurikulum dikaitkan dengan pembelajaran madin, menghasilkan suatu konsep sebagai berikut: “Konsep kurikulum tidak hanya mengacu pada pengertian kurikulum sebagai materi semata, melainkan jauh lebih luas dari itu, yakni menyangkut keseluruhan pengalaman belajar santri dalam lingkup koordinasi Madin”

Madin itu memiliki hal yang unik, uniknya dimana?, menurut paparan narasumber “Salah satu keunikan Madin adalah independensinya yang kuat, dimana masyarakat memiliki keleluasaan, tidak harus mengikuti model baku yang ditetapkan oleh pemerintah, tanpa harus mengikuti standarisasi dan kurikulum yang ketat.”

Kurikulum dalam sebuah pesantren ialah Kyai, dikatakan bahwa Kyai adalah Kurikulum, maksudnya adalah apabila seorang guru dapat menggunakan metode-metode pembelajaran yang menarik dan kreatif, maka akan memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Selain itu, yang perlu diperhatikan yakni terkait perangkat kurikulum. Perangkat Kurikulum, terdiri dari 12 aspek, yaitu:

  1. Kalender Pendidikan
  2. Program Tahunan, adanya evaluasi setelah kurun waktu setahun.
  3. Program Semester, terkait dengan materi apasaja yang akan diberikan oleh mahasiswa.
  4. Silabus
  5. R.P.P
  6. L.K.S
  7. Materi Bahan Ajar
  8. Buku Absen
  9. Buku Jurnal
  10. Instrumen Penilaian Sikap
  11. Portopolio
  12. Bank soal

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003: Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Proses yang dilakukan Guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir Siswa (tumbuh dewasa, berkarakter yang baik, mandiri, percaya diri, dhadhi wong, dsb.).

Metode pembelajaran di Madin ada yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan, ada pula metode pembelajaran baru (tajdid), yaitu metode pembelajaran hasil pembaharuan di kalangan Madin dengan merekonstruksi metode-metode yang berkembang di masyarakat modern.

Macam-macam Metode Pembelajaran, secara umum sebagai berikut:

  1. Sorogan
  2. Wetonan
  3. Musyawarah (Bahtsul Masa’il)
  4. Pengajian Pasaran
  5. Demonstrasi/ Praktek Ibadah
  6. Hafalan (Muhafadzah)
  7. Muhawarah
  8. Mudzakarah

Ustadz Muzakki juga memaparkan terkait ayat-ayat al-Qur’an tentang madin, antara lain sebagai berikut:

1. Q.S. al-Baqarah ayat 129

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur`an) dan al-Hikmah (al-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Q.S. al-Baqarah ayat 151
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

2. Q.S. al-Imran ayat 164

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

3. Q.S. al-Jumu’ah ayat 2

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka al-Kitab dan al-Hikmah (al-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata

Perlu diketahui pula, proses pembelajaran yang harus dilalui:

1. Tilawah

Adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Makna tilawah awalnya adalah mengikuti (tabi’a atau ittiba’a) secara langsung tanpa pemisah, yang secara khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik dengan cara qiro’ah (intelektual) atau menjalankan apa yang terkandung di dalamnya (ittiba’).

Singkat kata, tilawah dapat diartikan sebagai membaca yang bersifat spiritual atau aktifitas membaca yang diikuti komitmen dan kehendak untuk mengikuti apa yang dibaca dengan disertai sikap ketaatan dan pengagungan. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an kata tilawah lebih sering digunakan kata qira’ah dalam konteks tugas para rasul. Hal yang terpenting dalam tilawah yakni implementasi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tazkiyah

Tazkiyah berasal dari kata “zakka-yuzzaki-tazkiyah” yang maknanya sama dengan “tathir” yang berasal dari kata “thahhara-yuthahhiru-tathir” yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian.

3. Ta’lim

Secara bahasa ta`lim berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Jadi, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran, siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Atau sebuah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’.

Begitulah pemaparan materi dari beliau Dr. H. Akhmad Muzakki, M. A., untuk selanjutnya, moderator memberikan waktu bagi audien bertanya atau menangapi materi yang telah disampaikan. Seusai tanya jawab, sekitar pukul 12.00 WIB acara seminar ditutup oleh moderator. Dan dilanjutkan penyerahan sertifikat pemateri oleh Mudir Ma’had al-Jami’ah Dr. K.H. Teguh, M.Ag., kepada Dr. H. Akhmad Muzakki, M. A.

murobbi

Dokumentasi pemateri dengan segenap murobbi/ah ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung

Mohon maaf jika ada kesalahan

Sekian,

Terimakasih dan semoga bermanfaat

Oleh: Nihayah (Musyrifah Ma’had Al-Jami’ah IAIN Tulungagung)

Tulungagung, 8 Februari 2019